SATE AYAM PONOROGO ASLI PAK PANDI ini selama 20 tahun lebih aku nobatkan sebagai sate ayam terbaik di Surabaya. Aku promosiin kemana-mana, bahwa si Pandi jauh lebih sedap daripada sodaranya yang jual Sate Pak Seger itu.
Tapi era Pandi sepertinya mulai berakhir.
Pertama-tama, tempat jualannya yang di Dharmawangsa tahu-tahu tutup tanpa news dan petunjuk. Ga lama kemudian, ada petunjuk bahwa Sate Ayam Ponorogo Pak Pandi pindah ke rumah pemiliknya. Dan aku sudah datangi beberapa kali, tapi tutup. Kalau pun buka, kondisinya engga meyakinkan. Sepi, tertutup, ga ada aktifitas kerja dan penjualnya engga aku kenali.
Awal Maret, aku coba lewati lagi dan kali ini ada 1 orang dilokasi. Dia bilang, sate sisa 15 tusuk. OK lah, aku beli. Dan cerita pun mengalir.
Jadi, the famous Pak Pandi ternyata meninggal #innalillahiwainnailaihirojiun karena masalah paru (guys seriusan ya, angka penderita pneumonia meningkat tajam dan sudah banyak kenalanku meninggal, kalau kalian ada rejeki dan berkenan, pertimbangkan untuk sisihkan sedikit uang untuk vaksin).
Lalu, pemilik lokasi naikin uang sewa gila-gilaan dan minta dibayar sekaligus 4 tahun. Dengan kondisi ekonomi seperti ini, susah. Jadi terpaksa mereka tutup, padahal Pak Pandi identik dengan tempat itu menurutku. Mungkin karena lebih 2 decades aku makan sate disana.
Para pegawainya dibubarkan (dan aku sedih cak, karena mereka tuh adalah yang aku temui dan identik dengan sate Pak Pandi). Mami juga sedih, karena mereka semua (Pak Pandi dan pegawai2nya) tuh orang Tulungagung, sama ama Mami. Mereka kenal dan suka ngobrol, nostalgiaan kota kelahiran wkwk.
Lalu, anak Pak Pandi sendiri yang jualan. Sendirian, engga ada yang bantu sama sekali. Dats why, tempat jualannya jarang nampak akfititas, karena engga ada siapa-siapa.
Trus, mulai lah acara bakar sate dan aku mulai ngeh, ada yang berbeda.
Eng ing eng.
Yang mencolok, cara bakarnya. Beda dengan protokol biasanya. OK, awalnya aku mikir karena benernya nih tempat udah mau tutup, mungkin buru-buru. Lalu, aku ngeh kecapnya beda. Mereknya beda. Warnanya beda, aroma dsbnya juga beda (FYI aku sensi ama kecap dan percaya bahwa tiap makanan enak dengan kecap yang berbeda-beda & kalau kecapnya ganti, rasanya pun ganti).
Dari situ, aku langsung merasa, ah, sudahlah ini sate sudah berbeda.
Dan bener aja. Satenya secara harga jadi lebih murah 1k. Dulu 36k, sekarang 35k. Ukurannya lebih kecil. Bumbu satenya yang bisanya halus creamy, sedikit kasar. Aku kangen bumbu satenya yang creamy T__T yang dikasih sedikit kecapnya. Rasa sate, yah.. sesuai prediksi, berubah. Sip, wes.
Ini foto lawas ya..
Sekarang kurang juicey dan hm, ya beda aja rasanya. Trus saking broken heartnya, aku engga foto karena satenya aku bungkus bawa pulang, dimakan saat panas didalam mobil, engga bisa foto.
Kalau kalian mau coba, mungkin aja beda cerita dengan pengalamanku kali ini, monggo cari keber kuning ini deh:
Lokasinya persis sebelah mulut gang:
...
SATE AYAM PONOROGO ASLI PAK PANDI
Jl. Gubeng Kertajaya Raya VII, Surabaya
One thought on “Sate Ayam Ponorogo Asli Pak Pandi (Surabaya); Ah, Sudah Beda..”