Puhsarang (Kediri); Goa Maria Replika Lourdes

Tahunan, aku engga ke tempat ini. Dan walaupun doa bisa dari mana saja, tapi aku beberapa tahun belakang ini memilih ke Ganjuran; entah kenapa. Sedangkan Mami, benernya lebih 'click' dengan tempat ini karena beberapa hal. Nantilah, aku ceritakan..

20250323_104727 copy

Kita tuh benernya lagi misi mau ke Porta Sancta Jawa Timur yang di Cepu. Tapi karena jadwal engga cocok, belok lah kita ke Puh Sarang.

Kalo parokiku, aktif mengirim umat kesana untuk misa malam Jumat Legi, sebagai upaya akulturasi budaya dengan Kejawen ya menurutku. Jadi, PuhSarang ini entah kenapa emang sering jadi jujugan. Tapi pas kita kesana, wih.. sepi luar biasa padahal Minggu. Maka pas beli lilin, aku dan temenku sengaja berpencar ke beberapa toko supaya semua kebagian rejeki.

Kembali ke PuhSarangnya. Di bagian belakang, emang ada gua Maria besar yang meniru Lourdes:

20250323_123959 copy

Semua orang pasti kesitu (btw, untuk yang pakai kursi roda ada jalur khusus ya, bahkan PuhSarang menyediakan kursi roda dan petugas yang bisa bantu dorong: ntar kasih tips aja sukarela).

Dan engga banyak yang ngeh, bahwa sebenarnya yang KONON lebih magis adalah gua maria didepan, yang disamping gereja:

20250323_130513 copy

Bagian dalamnya:

20250323_130525 copy

Konon, patung ini pernah dibuang oleh oknum dan kembali sendiri pada posisinya sehingga masyarakat sekitar menjadi gempar dan kemudian mengijinkan gereja dibangun & diperluas. Konon, lho yaaa.. Kita pun tahu karena diceritai orang lokal sana (plus aku cocokkan dengan chat GPT, haha!)

Nah, di gua itulah si Mami dulu2 doa. Dan banyak terkabul. Salah satunya ya rumahku yang sekarang ini. FYI, dulu2 nih jaman mau beli rumah di Surabayam entah kenapa kita tuh dapetnya selalu rumah didepan masjid (bukan mushola). Bukannya apa ya. Tapi suaranya kan lumayan (pernah 1x nyoba nunggui adzan, eh.. kaca rumahnya sampe getar2 saking kerasnya), belum lagi kalo sudah Jumatan pasti jalanan rame/ ditutup.

Lalu si Mami itu doa. Minta rumah yang baik lah, yang dekat gereja ajalah (saking kita tuh selaluuu ketemunya yang nempel. hadapan dengan masjid). Soalnya kontrakkan-ku jaman kuliah tuh udah mau kelar, jadi kudu cari rumah. Dan nemu. Cuman karena mepet, nih rumah dibeli gitu aja engga terlalu dilihat sekitarnya.

Pas dibersihin, jam 12 Mami denger lonceng. Keluarlah dia ke jalan, inguk2 dan didatangi satpam. Mami nanya, bunyi apa itu. Satpam jawab, "Lonceng gereja". Nahhh. si Mami merasa doanya terkabul. Plus beberapa doa lain (mbuh, aku lupa) haha! Semua karena meratap di gua Maria ini, gitu dah :p.

FYI, aku ga percaya sih kalo tempat doa tertentu menjamin doa terkabul, lebih kaya kasih sugesti aja kali ya. Menurutku ya.

Btw, PuhSarang ini menarik juga secara arsitektur:

Pada kompleks gereja yang lama terdapat miniatur Gua Maria Lourdes yang dikemudian hari oleh karena terlalu kecil bentuknya maka pada tanggal 11 Oktober 1998, dimulailah pembangunan gua Lourdes yang merupakan tiruan atau replika Gua Maria Lourdes yang ada di Prancis.

Dinamakan Gua Maria Lourdes sebab dalam gereja yang lama terdapat tiruan Gua Lourdes di Prancis, dalam bentuk yang kecil. Di seputar patung yang kecil dalam gua pertama tertulis tulisan di atas kuningan dengan menggunakan bahasa Jawa ejaan Belanda: Iboe Maria ingkang pinoerba tanpa dosa asal, moegi mangestonana kawoela ingkang ngoengsi ing Panjenenengan Dalem. (Bunda Maria yang terkandung tanpa noda dosa asal, doakanlah aku yang datang berlindung kepadaMu). Gua kecil yang berada di sebelah kanan Gereja ini merupakan sebuah gua yang banyak didatangi oleh bukan hanya umat Katolik untuk berdoa rosario atau novena, melainkan juga oleh umat lain yang bukan Katolik untuk melakukan meditasi dan memohon ujub kepada Tuhan yang Mahapemurah.

Sementara patung Maria yang terdapat di Gua Maria Lourdes Pohsarang (di luar kompleks Gereja lama) merupakan replika atau tiruan dari patung Maria Lourdes, yang terbuat dari semen kemudian dicat berwarna bagian luarnya. Patung itu lebih tinggi dari contoh aslinya yang hanya 1,75 meter, sedangkan patung Maria yang kini tingginya 3,5 meter, bahkan kalau dihitung dari alas kakinya 4 meter.

Patung ini dibuat lebih besar dari contohnya sebab disesuaikan dengan besarnya gua yang tingginya mencapai hampir 18 meter.

.

Gereja Puhsarang didirikan atas inisiatif dari Romo Jan Wolters CM dengan bantuan arsitek terkenal waktu itu, Ir. Henricus Maclaine Pont pada tahun 1936. Romo Jan Wolters, CM dikenal sebagai seorang misionaris yang sangat menghormati kebudayaan Jawa dan mencintai orang Jawa dengan segala kekayaan kulturalnya. Gereja Pohsarang adalah emblem inkulturasi yang amat mendahului semangat Gereja pada waktu itu, dimana hampir setiap bangunan Gereja yang didirikan selalu memiliki bentuk seperti yang ada di Eropa. Sementara Insinyur Maclaine Pont adalah arsitek yang juga menangani pembangunan Museum di TrowulanMojokerto, yang menyimpan peninggalan sejarah Kerajaan Majapahit.

Bangunan gereja Pohsarang mirip dengan bangunan museum Trowulan yang sudah hancur karena tidak terawat dan ketiadaan dana perawatan pada tahun 1960, maka dengan melihat gereja sekarang kita bisa membayangkan bagaimanakah bentuk museum Trowulan dulu kala.

Pastor Wolters, CM, lah yang meminta agar sedapat mungkin digunakan budaya lokal dalam membangun gereja di stasi Pohsarang, yang merupakan salah satu stasi dari paroki Kediri pada waktu itu. Pastor Jan Wolters CM adalah pecinta orang Jawa dengan kebudayaannya. Sebagai seorang misionaris yang mengajukan "dialog" antara iman dan kebudayaan, Pastor Wolters CM dapat disebut sebagai pionir dalam inkulturasi di Gereja lokal Keuskupan Surabaya.

Kompleks gereja Pohsarang merupakan suatu usaha untuk menampilkan iman kristiani dan tempat ibadat katolik dalam budaya setempat. Banyak orang berpendapat bahwa bangunan yang dibuat di Pohsarang indah dan unik serta merupakan karya monumental yang patut untuk dipelihara dan dijaga agar jangan musnah seperti museum Trowulan.

Gereja Puhsarang yang menampilkan gaya Majapahit tetapi dikombinasikan dengan gaya dari daerah lain dan iman kristiani. Yulianto Sumalyo dalam buku yang berjudul `Arsitektur Kolonial Belanda di Indonesia, Gajah Mada University Press, Yogyakarta, 1993" menulis mengenai gereja Puh Sarang sebagai berikut: "Seperti pada bangunan Trowulan, Tegal dan lain-lain untuk membangun gereja Pohsarang selalu menggunakan bahan-bahan lokal. Maclaine Pont menggunakan juga buruh setempat selain beberapa tukang yang sudah berpengalaman pada saat membangun museum.

Gereja yang sarat dengan simbolisme ini merupakan suatu karya arsitektur yang sangat berhasil dilihat dari berbagai segi: mulai dari lokasi, tata massa, bahan bangunan, struktur dan ten tu saja fungsi dan keindahannya. Semua aspek termasuk budaya setempat dan filsafat agama dipadukan dalam bentuk arsitektur dengan amat selaras" (taken from here).

20250323_131833 copy

20250323_131833 copy

20250323_131311 copy

20250323_131342 copy

20250323_131711 copy

Semua bisa dicapai dengan kursi roda kok. Cuma ya rada geronjalan ya, karena model jalannya makadam halus gitu. Dan berikut ini adalah jadwal misa PuhSarang:

  • Misa harian: jam 0530
  • Misa malam Jumat Legi: 22.00–02.00 (terdiri dari Doa Rosario, Misa Konselebrasi dan Adorasi) 

Btw, yang mau berkunjung ke Porta Sancta Jawa Timur, ini listnya ya:

  • Gereja Kristus Raja, Ketabang
  • Gereja Santo Yusup, Blitar
  • Gereja Santo Willibrordus, Cepu
  • Gereja Santo Vincentius A Paulo, Kediri
  • Gereja Santo Cornelius, Madiun

Selamat Paskah!

...

PUHSARANG

Kediri

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *